Menemukan Tokoh Utama
Denny Kusuma
Denny Kusuma
| 13-06-2025
Photography Team · Photography Team
Menemukan Tokoh Utama
Pernah mengarahkan kamera ke pemandangan indah, langit berwarna emas, perbukitan hijau, atau danau yang tenang—namun hasil fotonya terasa... kosong?
Warnanya memang bagus, pencahayaannya oke, tapi tetap terasa ada yang kurang. Yang hilang seringkali adalah "tokoh utama" dalam foto itu. Ya, bahkan sebuah lanskap memerlukan fokus utama agar terasa hidup dan bercerita.
Setiap Foto Hebat Menyimpan Sebuah Cerita
Banyak yang mengira bahwa memotret lanskap berarti menangkap sebanyak mungkin pemandangan. Semakin luas sudutnya, semakin baik. Namun kenyataannya, tanpa titik fokus yang jelas, hasil foto sering kali terasa datar. Mata tidak tahu harus berhenti di mana. Tidak ada jangkar visual. Ceritanya menghilang dalam keramaian elemen visual.
Apa Itu "Tokoh Utama" dalam Foto?
Dalam dunia fotografi lanskap, "tokoh utama" bukanlah manusia. Ini adalah elemen visual yang pertama kali menarik perhatian. Bisa berupa pohon tunggal di tengah padang, jalan setapak yang meliuk, perahu kecil di kejauhan, atau sorotan cahaya yang menyinari gunung dengan sempurna.
Tokoh ini memberi arah pada mata yang melihat dan membuat sebuah foto memiliki struktur serta makna.
Mengapa Otak Butuh Titik Fokus?
Para ahli persepsi visual seperti Dr. Aude Oliva dari Laboratorium CSAIL MIT menjelaskan bahwa mata manusia secara alami mencari struktur dan kejelasan. Tanpa titik fokus, otak harus bekerja lebih keras untuk memproses informasi visual dan itu membuat orang cenderung melewati gambar begitu saja.
“Kita secara naluriah mencari jangkar visual,” kata Dr. Oliva.
“Dalam fotografi, subjek yang kuat membantu menarik perhatian dan menciptakan resonansi emosional.”
Itulah sebabnya satu pohon di tengah ladang luas atau seekor burung kecil di atas kabel bisa membuat foto terasa lengkap. Otak manusia menangkap cerita dari elemen itu.
Mulai Menemukan Tokoh Utama
Salah satu momen yang membuka wawasan terjadi ketika berada di tepi danau saat fajar. Langit terlihat menakjubkan, tetapi tidak ada yang menonjol. Hingga terlihat satu bangku yang menghadap ke air. Ketika bangku itu dimasukkan ke dalam komposisi, dengan matahari muncul perlahan di belakangnya, tiba-tiba fotonya terasa penuh arti. Tenang. Dalam.
Itulah momen yang menyadarkan: memotret bukan hanya menangkap pemandangan, tapi menemukan tokoh tersembunyi di dalamnya.
Gunakan Kaki Anda: Dekati Subjek, Jangan Hanya Zoom
Fotografer legendaris Galen Rowell pernah berkata:
“Perbedaan antara foto biasa dan foto luar biasa sering kali hanya dua langkah ke kiri.”
Kutipan itu mengubah cara mengambil gambar. Daripada hanya berdiri dan melakukan zoom, lebih baik bergerak. Mencari sudut pandang yang berbeda, naik sedikit ke tempat yang lebih tinggi, atau bahkan jongkok untuk mendapatkan perspektif unik. Terkadang, tokoh utama sudah ada di sana, hanya belum terlihat dari tempat berdiri Anda saat ini.
Cari Kontras dan Bentuk Unik
Jika bingung memilih subjek, perhatikan elemen yang memiliki kontras kuat dengan latar belakang, warna yang mencolok, bayangan unik, atau bentuk yang tak biasa. Misalnya, cabang pohon yang melengkung, jalan zig-zag, atau bangunan di kejauhan. Bahkan awan pun bisa menjadi "pemeran utama" jika memiliki bentuk dramatis dan karakter kuat.
Menemukan Tokoh Utama
Rahasia Para Fotografer Profesional
Jim Richardson, fotografer kawakan dari National Geographic, punya prinsip sederhana:
“Temukan ceritanya, lalu tempatkan subjek di posisi terbaik agar cerita itu terungkap.”
Ia sering menggunakan teknik seperti rule of thirds dan garis-garis pengarah (leading lines) untuk membingkai subjek secara sengaja. Latar belakang, katanya, seharusnya mendukung subjek, bukan bersaing dengannya.
Jadi, jangan ragu untuk memotong lebih ketat atau berpindah posisi sampai subjek Anda terlihat jelas dan dominan dalam bingkai.
Sentuhan Manusia Bikin Foto Lebih Hidup
Kadang, elemen kecil seperti sosok seseorang di kejauhan, ransel di atas batu, atau jejak kaki di pasir bisa menjadi tokoh utama. Ini memberi rasa skala dan nuansa emosional. Seketika, lanskap tersebut punya cerita. Punya makna.
Menariknya, kini beberapa galeri dan museum besar menyusun pameran yang berfokus pada karya tak selesai, seperti sketsa lapangan atau jurnal visual. Proyek seperti Sketchbook Project dari V&A menunjukkan bahwa proses kreatif yang mentah pun bisa menyentuh emosi penonton.
Itu jadi pengingat, keindahan bukan selalu soal kesempurnaan. Kadang, detail kecil dan spontan bisa menjadi daya tarik terbesar dalam visual.