Waspadai Uveitis
Delvin Wijaya
Delvin Wijaya
| 12-06-2025
Science Team · Science Team
Waspadai Uveitis
Uveitis adalah kondisi peradangan yang menyerang lapisan uvea di mata, yaitu bagian tengah mata yang terdiri dari iris, badan siliaris, dan koroid. Meskipun gejalanya sering kali muncul pada mata, kondisi ini tidak jarang menjadi cerminan dari gangguan sistemik dalam tubuh, termasuk penyakit autoimun atau infeksi.
Deteksi dini dan evaluasi menyeluruh sangat penting untuk mencegah kerusakan penglihatan permanen serta mengidentifikasi penyakit tersembunyi yang mungkin lebih serius.
Mengenal Uveitis: Anatomi dan Klasifikasi.
Struktur traktus uvea yang kaya pembuluh darah membuatnya sangat rentan terhadap proses inflamasi yang dipicu oleh infeksi atau respons imun tubuh. Berdasarkan lokasi utama peradangan, uveitis diklasifikasikan sebagai berikut:
- Uveitis anterior: Jenis paling umum, melibatkan iris dan badan siliaris.
- Uveitis intermedia: Peradangan terjadi di bagian tengah bola mata, khususnya pada badan vitreus
- Uveitis posterior: Menyerang koroid dan retina.
- Panuveitis: Peradangan menyeluruh yang melibatkan seluruh lapisan traktus uvea.
Mekanisme Peradangan: Ketidakseimbangan Sistem Imun di Mata
Uveitis umumnya disebabkan oleh gangguan sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan mata secara keliru. Sistem imun yang seharusnya melindungi, justru menjadi pemicu kerusakan akibat pelepasan zat-zat inflamasi seperti interleukin-6 (IL-6) dan TNF-alpha.
Studi terkini menunjukkan bahwa ketidakseimbangan antara sel T efektor (terutama Th17) dan sel T regulator dapat memicu uveitis kronis. Karena mata merupakan organ dengan status imun yang istimewa, gangguan pada sistem ini bisa menyebabkan peradangan yang cukup parah jika tidak ditangani dengan tepat.
Hubungan dengan Penyakit Sistemik: Lebih dari Sekadar Gangguan Mata
Uveitis jarang berdiri sendiri. Banyak kasus uveitis terkait dengan kondisi sistemik, seperti spondiloartritis yang berhubungan dengan HLA-B27, penyakit Behçet, sarkoidosis, hingga tuberkulosis. Oleh karena itu, penting untuk melakukan skrining terhadap penyakit-penyakit ini, terutama jika pasien tidak merespons pengobatan standar.
Beberapa agen infeksi seperti virus herpes, Toxoplasma gondii, dan sifilis juga bisa menjadi penyebab uveitis. Dalam kasus seperti ini, pengobatan yang ditujukan langsung ke penyebab infeksi sangat dibutuhkan agar penanganannya efektif dan tidak menimbulkan komplikasi lanjutan.
Gejala dan Langkah Diagnosis
Tanda-tanda uveitis bisa sangat bervariasi, mulai dari kemerahan pada mata, nyeri, sensitivitas terhadap cahaya, hingga gangguan penglihatan yang muncul secara bertahap. Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan pemeriksaan mata menyeluruh, termasuk dengan mikroskop slit-lamp dan oftalmoskopi.
Untuk menegakkan diagnosis, dokter mata akan melakukan pemeriksaan menyeluruh dengan alat khusus seperti slit-lamp dan oftalmoskop. Jika diperlukan, pemeriksaan lanjutan seperti Optical Coherence Tomography (OCT) atau angiografi fluorescein akan membantu memetakan kondisi retina dan koroid secara lebih detail. Bila ada dugaan penyakit sistemik, tes darah dan pencitraan tambahan akan dilakukan.
Strategi Pengobatan: Mengendalikan Peradangan, Menjaga Penglihatan
Tujuan utama pengobatan uveitis adalah menghentikan peradangan secepat mungkin tanpa menimbulkan efek samping serius. Kortikosteroid masih menjadi pilihan utama, yang dapat diberikan secara topikal (tetes mata), injeksi lokal, atau melalui rute sistemik tergantung tingkat keparahannya.
Untuk kasus yang sulit diatasi atau kambuh berulang, digunakan obat-obatan imunomodulator seperti metotreksat, mikofenolat mofetil, serta terapi biologis seperti agen anti-TNF. Penanganan yang agresif sejak dini penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan menjaga kualitas penglihatan pasien.
Waspadai Uveitis
Komplikasi dan Harapan Masa Depan
Jika tidak ditangani dengan baik, uveitis dapat menyebabkan komplikasi serius seperti katarak, glaukoma, edema makula, bahkan kebutaan permanen. Kondisi ini juga cenderung kambuh, terutama bila berhubungan dengan penyakit autoimun.
Namun, kemajuan dalam dunia medis membuka harapan baru. Terapi yang menargetkan jalur inflamasi tertentu kini mulai dikembangkan, dengan potensi mengurangi angka kekambuhan dan memperbaiki hasil penglihatan jangka panjang. Kolaborasi antarspesialis, pendekatan individual, serta teknologi diagnostik modern menjadi kunci utama dalam penanganan uveitis yang efektif.