Tanda Awal Penyakit Jantung
Muhammad Irvan
| 12-06-2025

· Science Team
Penyakit jantung masih merupakan peringkat utama penyebab kematian di dunia. Sayangnya, gejala awalnya sering tidak disadari atau justru dianggap sebagai gangguan ringan biasa.
Mengenali tanda-tanda ini sejak dini, bahkan sebelum serangan jantung terjadi, sangat penting untuk memperbaiki peluang pemulihan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
1. Sesak Napas Saat Tidur dan Lelah Tanpa Sebab
Bukan hanya ketika berolahraga atau beraktivitas berat, sesak napas dapat muncul saat tidur, terutama ketika tiba-tiba terbangun dengan napas terasa berat. Kondisi ini dikenal sebagai paroxysmal nocturnal dyspnea (PND). Penderita biasanya merasa lebih nyaman tidur dengan posisi duduk atau menggunakan banyak bantal. Sayangnya, gejala ini kerap dikira asma atau gangguan tidur.
Selain itu, kelelahan yang tidak sebanding dengan aktivitas fisik sehari-hari juga patut dicurigai. Menurut Dr. Martha Gulati dari American Society for Preventive Cardiology menegaskan bahwa rasa lelah berlebihan bisa menjadi gejala awal gangguan jantung, terutama pada wanita.
2. Kaki Bengkak dan Berat Badan Naik Secara Tiba-Tiba
Pembengkakan ringan di pergelangan kaki atau betis, seperti bekas kaus kaki yang tertinggal di kulit, sering dianggap sepele. Padahal, ini bisa menandakan retensi cairan yang berhubungan dengan fungsi jantung yang mulai terganggu. Kenaikan berat badan mendadak lebih dari 1 kilogram dalam 1–2 hari juga merupakan sinyal yang tidak boleh diabaikan, apalagi bagi individu dengan tekanan darah tinggi atau diabetes.
3. Iskemia Tanpa Nyeri: Serangan Jantung Diam-Diam
Tidak semua masalah aliran darah ke jantung menimbulkan nyeri dada. Pada penderita diabetes, misalnya, gangguan aliran darah bisa terjadi tanpa keluhan khas. Gejala bisa muncul dalam bentuk mual ringan, rasa tidak nyaman di perut bagian atas, atau hanya perasaan tidak enak yang sulit dijelaskan. Sebuah studi tahun 2023 dari Journal of the American College of Cardiology menunjukkan bahwa lebih dari 40% penderita penyempitan pembuluh jantung berat tidak mengalami nyeri dada sama sekali.
4. Radang Gusi Bisa Jadi Tanda Masalah Jantung
Hubungan antara kesehatan mulut dan jantung kini semakin diperkuat oleh penelitian. Peradangan gusi kronis dapat memicu pelepasan zat inflamasi seperti IL-6 dan TNF-alpha, yang berkontribusi terhadap kerusakan lapisan pembuluh darah. Bakteri dari gusi, seperti Porphyromonas gingivalis, bahkan ditemukan dalam plak pembuluh darah yang tersumbat. Oleh karena itu, masalah gusi yang terus berulang perlu diperhatikan bukan hanya oleh dokter gigi, tetapi juga oleh dokter umum dan spesialis jantung.
5. Angina Mikro Vaskular: Nyeri Dada yang Tidak Biasa
Tidak semua nyeri dada berhubungan dengan sumbatan besar di arteri jantung. Pada beberapa kasus, gangguan terjadi di pembuluh darah kecil (mikro vaskular), dan sering kali dikelirukan dengan kecemasan atau gangguan pencernaan. Diagnosis kondisi ini memerlukan pemeriksaan lanjutan seperti MRI jantung atau PET scan untuk melihat cadangan aliran darah. Menurut Dr. Noel Bairey Merz dari Cedars-Sinai Medical Center, wanita lebih rentan mengalami gangguan ini, dan diagnosisnya memerlukan pendekatan berbeda.
6. Gangguan Tidur Bisa Menggambarkan Kondisi Jantung
Kesulitan tidur, sering terbangun, atau napas tersendat saat tidur bisa menjadi tanda peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis yang berperan dalam tekanan darah tinggi dan kerusakan pembuluh darah. Gangguan seperti sleep apnea menyebabkan tubuh kekurangan oksigen secara berulang saat tidur, yang lama-lama meningkatkan risiko penyakit jantung, bahkan jika tidak disertai penyakit lain. Panduan ESC 2024 merekomendasikan evaluasi risiko jantung pada pasien dengan gangguan tidur yang menetap, terutama jika disertai sakit kepala pagi hari, sering buang air kecil malam, atau penurunan konsentrasi.
7. Jantung Berdebar dan Perubahan Irama Jantung
Detak jantung yang terasa cepat, tidak beraturan, atau sering ‘meloncat-loncat’ bisa menjadi tanda awal fibrilasi atrium, gangguan irama jantung yang sering muncul pada usia lanjut atau penderita gangguan tiroid. Teknologi wearable seperti smartwatch kini bisa membantu memantau variasi detak jantung (HRV), yang bila menurun, menandakan ketidakseimbangan sistem saraf dan peningkatan risiko penyakit jantung.
Banyak gejala awal penyakit jantung tampak ringan atau samar. Padahal, inilah momen terbaik untuk melakukan intervensi sebelum kerusakan serius terjadi. Dengan teknologi medis yang terus berkembang, mulai dari troponin sensitivitas tinggi, CT angiografi koroner, hingga analisis EKG berbasis kecerdasan buatan, deteksi dini kini semakin memungkinkan.