Kembali ke Bulan
Saraswati Pramita
| 29-04-2025

· Oto Team
Bulan, sebagai benda langit terdekat dengan Bumi, bisa diibaratkan seperti tetangga yang berada hanya selangkah dari halaman rumah kita di tengah luasnya alam semesta.
Dengan gaya gravitasi hanya seperenam dari Bumi dan kecepatan lepas landas pesawat ruang angkasa yang hanya mencapai 2,4 kilometer per detik, Bulan menjadi lokasi strategis sebagai titik awal bagi umat manusia untuk menjelajahi ruang angkasa yang lebih dalam.
Tidak hanya itu, Bulan juga dipandang sebagai lokasi potensial untuk mendirikan pos luar angkasa masa depan. Tahun lalu menjadi momen bersejarah bagi NASA dengan peluncuran roket generasi terbaru mereka, "Space Launch System", dalam misi uji terbang tak berawak bernama Artemis 1 yang mengorbit Bulan. Misi ini menjadi langkah awal yang monumental setelah serangkaian penundaan panjang dalam proyek ambisius Amerika Serikat untuk kembali menjejakkan kaki di Bulan.
Perjalanan ini menjadi sorotan dunia, terutama karena terjadi setengah abad setelah para astronot terakhir dari program Apollo meninggalkan permukaan Bulan. Antara tahun 1969 hingga 1972, program Apollo sukses melaksanakan enam pendaratan berawak, mengantarkan total 12 astronot menjelajahi permukaan Bulan. Namun sayangnya, sejak saat itu, tidak ada lagi manusia yang menjejakkan kaki di Bulan, selain kiriman misi robotik tak berawak.
Program Artemis hadir untuk mengakhiri masa jeda panjang itu. Lebih dari sekadar misi pendaratan, Artemis adalah komitmen jangka panjang NASA untuk membuka era baru eksplorasi ruang angkasa. Berikut adalah beberapa tujuan besar dari program Artemis yang akan mengubah masa depan penjelajahan luar angkasa manusia:
1. Membangun Pangkalan Permanen di Bulan
Salah satu visi utama dari program Artemis adalah pembangunan pangkalan yang berkelanjutan di permukaan Bulan. Pangkalan ini akan menjadi tempat tinggal dan pusat kegiatan bagi para astronot yang menjalani misi jangka panjang. Di dalamnya akan terdapat fasilitas seperti pembangkit listrik tenaga surya, unit penyedia oksigen dan air, modul tempat tinggal, hingga laboratorium penelitian ilmiah.
Pangkalan ini bukan hanya akan mendukung kehidupan para astronot, tetapi juga menjadi pusat persiapan untuk misi ke luar angkasa yang lebih jauh.
2. Penelitian Ilmiah dan Eksplorasi Sumber Daya
Bulan menyimpan banyak rahasia yang belum terungkap, mulai dari batuan, tanah, hingga potensi keberadaan air dalam bentuk es di kawah-kawah gelap dekat kutub selatannya. Unsur seperti oksigen, hidrogen, serta berbagai logam di permukaannya memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai energi maupun bahan baku konstruksi.
Artemis juga membawa misi ilmiah besar untuk mempelajari asal-usul tata surya, serta bagaimana sumber daya tersebut bisa digunakan mendukung kehidupan manusia di luar Bumi.
3. Kerja Sama Internasional
NASA tidak berjalan sendiri dalam mewujudkan program ambisius ini. Mereka menggandeng berbagai badan antariksa dari seluruh dunia, termasuk European Space Agency (ESA) dan mitra lainnya. Kerja sama ini membuka peluang berbagi teknologi, sumber daya, dan pengalaman, sehingga mempercepat perkembangan eksplorasi luar angkasa secara global.
Kolaborasi internasional ini juga menunjukkan bahwa penjelajahan luar angkasa adalah tujuan bersama umat manusia, bukan hanya ambisi satu negara.
4. Menjadi Batu Loncatan Menuju Mars
Bulan adalah ‘laboratorium hidup’ untuk mempersiapkan manusia menghadapi misi yang jauh lebih menantang, yaitu Mars. Dengan kondisi yang lebih ekstrem, misi ke Mars membutuhkan pengalaman dalam bertahan di lingkungan ruang angkasa dalam jangka waktu yang lama. Dari pangkalan di Bulan, para astronot dapat belajar mengenai cara bertahan, bekerja, dan hidup di luar Bumi dengan teknologi dan sistem pendukung kehidupan terbaru.
Jika misi ke Bulan ini berhasil, maka jalan menuju planet merah akan terbuka lebih lebar dan realistis.
5. Menjelajahi Kutub Selatan Bulan
Salah satu hal paling menarik dari misi Artemis adalah bahwa misi ini akan mendaratkan astronot di wilayah yang belum pernah dijelajahi manusia sebelumnya, kutub selatan Bulan. Wilayah ini dipercaya menyimpan cadangan air dalam bentuk es yang bisa diubah menjadi oksigen dan bahan bakar.
Menjelajahi dan memanfaatkan sumber daya ini akan menjadi kunci untuk kelangsungan misi luar angkasa jangka panjang.
Program Artemis bukan sekadar misi kembali ke Bulan, melainkan awal dari babak baru dalam sejarah penjelajahan manusia ke luar angkasa. Dengan semangat kolaborasi global, visi masa depan yang ambisius, dan teknologi mutakhir, NASA membuka jalan bagi manusia untuk menjelajahi tempat-tempat yang sebelumnya hanya bisa dibayangkan.