Sejarah Tobias Harris
Muhammad Irvan
Muhammad Irvan
| 15-04-2025
Entertainment Team · Entertainment Team
Tobias Harris, pemain Philadelphia 76ers, telah mencapai pencapaian luar biasa dalam dunia bola basket. Ia kini menjadi pemain NBA dengan gaji terbesar dalam sejarah yang belum pernah masuk dalam seleksi All-Star, dengan total gaji karier mencapai $211 juta.
Dalam sebuah wawancara, Harris mengungkapkan tantangan besar yang dihadapi oleh para pemain yang berusaha untuk mendapatkan tempat di All-Star Game, di mana hanya sedikit pemain yang bisa meraih penghargaan bergengsi ini.
Tobias Harris lahir pada 15 Juli 1992, dan memulai perjalanan NBA-nya setelah terpilih sebagai pick ke-19 pada putaran pertama NBA Draft 2011. Saat ini, Harris tengah menjalani kontrak besar selama lima tahun senilai $180 juta yang akan berakhir pada musim panas 2024. Pada musim depan, ia diperkirakan akan menghasilkan sekitar $40,96 juta. Salah satu musim terbaik Harris adalah pada tahun 2018-19 ketika ia bermain untuk Los Angeles Clippers, tampil dalam 55 pertandingan dengan rata-rata 20,9 poin, 7,9 rebound, dan 2,7 assist per pertandingan.
Selama karier NBA-nya, Harris telah bermain dalam 827 pertandingan musim reguler, termasuk 707 di antaranya sebagai starter. Kontribusinya tercatat dengan rata-rata 16,2 poin, 6,1 rebound, 2,3 assist, 0,8 steal, dan 0,5 block per pertandingan, dengan persentase tembakan tiga angka yang impresif: 47,8%, 36,9%, dan 83,1%. Meskipun belum pernah masuk dalam daftar All-Star, Harris yang akan berusia 32 tahun pada musim panas mendatang tetap memiliki peluang untuk mendapatkan kontrak besar lainnya.
Fenomena serupa juga dapat ditemukan pada pemain aktif lainnya, yaitu CJ McCollum. Meskipun sudah mengumpulkan hampir $200 juta dari gaji kariernya, McCollum juga belum pernah terpilih sebagai All-Star. McCollum lahir pada 19 September 1991 dan terpilih sebagai pick ke-10 pada NBA Draft 2013. Ia sudah bermain dalam 665 pertandingan musim reguler, dengan 568 di antaranya sebagai starter. Rata-rata perannya termasuk 19,4 poin, 3,6 rebound, 3,7 assist, dan 0,9 steal per pertandingan.
Konsistensi McCollum terlihat jelas ketika ia mampu mencatatkan rata-rata 20 poin per pertandingan selama delapan musim berturut-turut. Salah satu musim terbaiknya adalah pada 2020-21 ketika ia bermain 47 pertandingan untuk Portland Trail Blazers dan mencatatkan rata-rata 23,1 poin, 3,9 rebound, 4,7 assist, dan 0,9 steal per pertandingan dengan persentase tembakan tiga angka yang mengesankan: 45,8%, 40,2%, dan 81,2%. Namun, dalam kompetisi ketat di Wilayah Barat, mendapatkan tempat di All-Star Game tetap menjadi tantangan besar bagi McCollum.
Menariknya, pemain yang baru saja pensiun dari NBA, Jamal Crawford, juga termasuk dalam kategori pemain yang tidak pernah terpilih sebagai All-Star meskipun memiliki karier yang gemilang. Crawford dikenal dengan penampilannya yang luar biasa sebagai pemain cadangan, dengan tiga kali memenangkan penghargaan Sixth Man of the Year. Pada musim 2007-08, ia tampil menonjol bersama New York Knicks dengan mencatatkan 20,6 poin, 2,6 rebound, 5 assist, dan 1 steal per pertandingan, serta persentase tembakan tiga angka yang solid: 41%, 35,6%, dan 86,4%.
Pernyataan Harris mengenai proses seleksi All-Star memang memiliki dasar yang kuat. Pemilihan pemain untuk All-Star tidak hanya mempertimbangkan statistik individu, tetapi juga kinerja tim secara keseluruhan. Sebagai contoh, pada musim 2014-15, tim Atlanta Hawks memiliki empat pemain yang terpilih untuk bermain di All-Star Game, meskipun tidak ada pemain yang memiliki statistik individu yang mencolok. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh rekor tim yang luar biasa di Wilayah Timur, yang membawa mereka menduduki posisi puncak klasemen. Ini menunjukkan betapa besar pengaruh kesuksesan tim dalam mempengaruhi seleksi pemain All-Star.
Sementara itu, Harris tetap berada di jalur yang baik untuk mencapai kontrak besar lainnya setelah kontraknya yang sekarang berakhir. Dengan usia yang relatif muda dan pencapaian yang sudah cukup mengesankan, peluang untuk memperpanjang karier dan meraih kesuksesan lebih lanjut di NBA tetap terbuka lebar. Namun, dengan persaingan yang semakin ketat, Harris mungkin harus terus meningkatkan performanya agar bisa mendapatkan pengakuan yang lebih besar dari para pemilih All-Star.
Namun, yang pasti, kisah Tobias Harris dan perjalanan kariernya memberikan pelajaran berharga bagi banyak pemain NBA lainnya. Tidak semua pemain yang memiliki gaji besar dan statistik impresif akan secara otomatis terpilih menjadi All-Star. Terkadang, faktor lain seperti kesuksesan tim dan bagaimana pemain berkontribusi dalam situasi tertentu juga sangat menentukan. Sebagai contoh, musim yang luar biasa dengan tim yang dominan bisa memberikan jalan bagi seorang pemain untuk mendapatkan pengakuan yang layak.
Apakah Anda percaya bahwa Harris masih memiliki kesempatan untuk menjadi All-Star di masa depan? Dengan kontrak besar yang akan datang, ia mungkin dapat membuktikan bahwa kesuksesan tim dan kontribusinya yang tak terbantahkan layak untuk diakui.